Kita pasti pernah melihat acara televisi yang dipandu oleh gadis cantik maupun bapak-bapak separuh baya yang sangat menikmati setiap makanan yang ia santap. Acara tersebut menampilkan berbagai macam kuliner khas Indonesia dengan berbagai cita rasa, salah satu kuliner tersebut hadir di Kantin Fakultas Dakwah dengan cita rasa yang tak kalah sedap, yaitu Mie Aceh atau di kantin ini lebih dikenal dengan ‘Mie Dakwah’.
Cita ras merupakan hal yang wajib dalam sebuah masakan,
apalagi bagi seorang tester sejati
keunikan dan rasa merupakan ujung tombak dalam sebuah masakan. Mie merupkan
salah satu makanan favorit orang Aceh, bisa dibilang semua orang Aceh suka
dengan makanan ini. Selain itu, mie ini bisa dipesan sesuai dengan selera
pembeli, bisa direbus, digoreng, goring basah, pedas, sedang, dan lainnya.
Seperti biasa, kantin Fakultas Dakwah dipenuhi oleh
mahasiswa/i ketika jam istirahat dan ketika dosen tidak datang. Namun kantin
ini tidak lagi menjadi tempat nongkrong mahasiswa/I
Fakultas Dakwah saja, namun mahasiswa fakultas tetangga dan fakultas lainnya
juga ikut nimbrung, hampir semua
fakultas sudah ‘mengirimkan’ mahasiswanya untuk mampir di kantin ini.
Usut punya usut, ternyata mahasiswa/I ini memburu makanan
yang fenomenal dikantin ini yaitu ‘mie dakwah’. Kalau dilihat sepintas mie
tersebut tidak ada bedanya dengan mie lain pada umumnya, namun apa yang membuat
para mahasiswa begitu memburu si kuning ini?. Ketika ditanyai mengapa begitu
tertarik makan mie dakwah, mahasiswa langsung menjawab, murah, enak, dan banyak
yang merupakan prinsip yang selalu dipegang teguh oleh anak kosan.
Ketagihan
Kalau sudah cinta susah
untuk melupakannya, begitulah ungkapan yang pas untuk masakan satu ini. Prinsip
ala anak kosan membuat mie dakwah menjadi andalan untuk makan pagi maupun makan
siang bahkan makan malam. Jika diperhatikan lebih cermat tidak saja mahasiswa,
para dosen dan pegawai pun ikut berburu mie ini pada jam-jam istirahat. Cukup
membayar Rp 6000,- per piringnya mahasiswa sudah bisa mencicipi mie spesial
tersebut.
Dakwah
Ada hal yang menarik
perhatian dari mie ini selain rasanya mie ini juga kata-kata sarat akan dakwah. Seperti contoh kasus,
ketika ada pembeli yang memesan mie ketika azan sudah di kumandangkan sang
penjual langsung mengatakan, “Nanti ya, habis solat”. Secara tidak langsung
tindakan tersebut merupakan ajakan berdakwah untuk tidak menunda-nunda waktu
solat. Mie dakwah ini membawa berkah tersendiri, baik dari sisi penjual maupun
pembelinya.
0 comments:
Post a Comment