BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Amanah merupakan aspek muamalah yang sangat penting karena terkait
dengan kewajiban. Dalam al-Qur’an dijelaskan betapa beratnya sebuah amanah.
Allah berfirman dalam surah al-Ahzab ayat 72:
إِنَّا عَرَضْنَا الأمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ
وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا
الإنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولا.
Artinya:
Allah memberikan amanah kepada langit tapi langit tidak mampu mengembannya
kemudian diberikan kepada bumi dan gunung ternyata semuanya tidak mampu memikul
amanah tersebut. Namun, hanya manusia yang berani menerima amanah itu.
Amanah pada kenyataannya tidak semudah yang dipikirkan karena
dengan adanya amanah berarti ada pembebanan atau tuntutan bagi yang bersangkutan
untuk merealisasikan.
Kepemimpinan adalah syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai
kemasalahatan, baik di dunia maupuan di akhirat karena kepemimpinan adalah
penentu terhadap apa yang di pimpin, semua kepemimpinan itu amanah baik dalam
segala aspek Karen sang pemimpin wajib bertanggung jawab terhadap yang di
pimpinnya. Dan bagi masyarakat yang di pimpin wajib mentaati pemimpin,
sebagaimana yang ditegaskan di dalam Al-Qur’an.
Hadit tentang amanat
di balik jabatan:
حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ شُعَيْبِ بْنِ اللَّيْثِ
حَدَّثَنِي أَبِي شُعَيْبُ بْنُ اللَّيْثِ حَدَّثَنِي اللَّيْثُ بْنُ سَعْدٍ
حَدَّثَنِي يَزِيدُ بْنُ أَبِي حَبِيبٍ عَنْ بَكْرِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ الْحَارِثِ
بْنِ يَزِيدَ الْحَضْرَمِيِّ عَنْ ابْنِ حُجَيْرَةَ الْأَكْبَرِ عَنْ أَبِي ذَرٍّ
قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَا تَسْتَعْمِلُنِي قَالَ فَضَرَبَ بِيَدِهِ
عَلَى مَنْكِبِي ثُمَّ قَالَ يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا
أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ
أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا
Artinya:
Abu dzar berkata : ya rasulallah tidakkah kau memberi jabatan apa-apa
kepadaku? Maka rasulullah memukul bahuku sambil berkata : hai abu dzar kau
seorang yang lemah, dan jabatan itu sebagai amanat yang pada hari qiyamat hanya
akan menjadi kemenyesalan dan kehinaan. Kecuali orang yang yang dapat
menunaikan hak dan kewajibannya, dan memenuhi tanggung jawabnya
B.
Rumusan Masalah
1. Apa itu amanah
2. Apa Pengertian Kepemimpinan?
3. Bagaimana seorang pemimpin bertanggung jawab?
4. Apa fungsi pemimpin ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Amanah
Amanah artinya dapat dipercaya. Sifat amanah memang lahir dari kekuatan iman. Semakin
menipis kekuatan iman. Semakin menipis keimanan seseorang semakin pudar pula sifat amanah pada dirinya.
Amanah dalam pengertian sempit adalah memelihara titipan dan mengembalikannya kepada pemiliknya dalam bentuk semula. Dalam pengertian luas amanah mencakup beberapa hal yaitu: menyimpan rahasia dan kehormatan orang lain, menjaga dirinya, menunaikan tugas-tugas yang diberikan oleh Allah ataupun manusi dengan baik.
Sahabat nabi
Khudzaifah r.a. menerangkan dalam hadis yang berbunyi:
عَنْ
حُذَيْفَةَ قَالَ حَدَّثَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ
سَلَّمَ حَدِيْثَيْنِ رَأَيْتُ اَحَدَهُمَا وَأَنَا أَنْتَظِرُ
اْلاَخَرَ.حَدَّثَنَا أَنَّ اْلأَ مَانَةَ نَزَلَتْ فِيْ جَذْرِ قُلُوْبِ
الرِّجَالِ ثُمَّ عَلِمُوْامِنَ الْقُرْآنِ ثُمَّ عَلِمُوْامِنَ السُّنَّةِ وَ
حَدَّثَنَا عَنْ رَفْعِهَا قَالَ يَنَامُ الرَّجُلُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ
اْلأَمَانَةُ مِنْ قَلْبِهِ فَيَظَلُّ أَثَرُهَا مِثْلَ اَثَرِالْوَكْتِ ثُمَّ
يَنَامُ النَّوْمَةَ فَتُقْبَضُ فَيَبْقَى اَثَرُهَا مِثْلَ اْلمَجْلِ كَجَمْرِ
دَحْرَجْتَهُ عَلىَ رِجْلِكَ فَنَفِطَ فَتَرَاهُ مُنْتَبِرًاوَلَيْسَ فِيْهِ
سَيْءٌ فَيُصْبِحُ النَّاسُ يَتَبَا يَعُوْنَ فَلاَيَكَادُ أَحَدٌ يُؤَدِّي
اْلأَماَنَةَ فَيُقَالُ إِنَّ فِيْ بَنِيْ فُلاَنٍ رَجُلاً أَمِيْنًا وَيُقَّالُ
لِلرَّجُلِ ماَأَعْقَلَهُ وَماَ اَظْرَفَهُ وَمَا اَجْلَدَهُ وَمَا فِيْ قَلْبِهِ
مِثْقَالُ حَبَّةِ خَرْدَلٍ مِنْ اِيْمَانِ وَلَقَدْ أَتَى عَلَيَّ زَمَانٌ وَمَا
أُبَا لِيْ أَيَّكُمْ بَايَعْتُ لَئِنْ كَانَ مُسْلِمًا رَدَّهُ عَلَيَّ
اْلإِسْلاَمُ وَإِنْ كَانَ نَصْرَانِيًّا رَدَّهُ عَلَيَّ سَاعِيْهِ فَأَمَّا
الْيَوْمَ فَمَا كُنْتُ أُبَا يِعُ إِلاَّ فُلاَنًا وَفُلاَنًا. (اَخْرَجَهُ
الْبُخَا رِيُّ فِيْ كِتَابِ الرِقَاقْ)
Artinya: Dari Khudzaifah
berkata, Rasulullah SAW menyampaikan kepadaku dua hadis, yang satu
telah saya ketahui dan yang satunya lagi masih saya tunggu. Beliau bersabda
kepada kami bahwa amanah itu diletakkan di lubuk hati manusia, lalu mereka
mengetahuinya dari Al Qur’an kemudian mereka ketahui dari al hadis (sunnah).
Dan beliau juga menyampaikan kepada kami tentang akan hilangnya amanah. Beliau
bersabda: seseorang tidur lantas amanah dicabut dari hatinya hingga tinggal
bekasnya seperti bekas titik-titik. Kemudian ia tidur lagi, lalu amanah dicabut
hingga tinggal bekasnya seperti bekas yang terdapat di telapak tangan yang
digunakan untuk bekerja, bagaikan bara yang di letakkan di kakimu, lantas
melepuh tetapi tidak berisi apa-apa. Kemudian mereka melakukan jual
beli/transaksi-transaksi tetapi hampir tidak ada orang yang menunaikan amanah
maka orang-orang pun berkata : sesungguhnya dikalangan Bani Fulan terdapat
orang yang bisa dipercayai dan adapula yang mengatakan kepada seseorang alangkah
pandainya, alangkah cerdasnya, alangkah tabahnya padahal pada hatinya tidak ada
iman sedikitpun walaupun hanya sebiji sawi. Sungguh akan datang padaku suatu
zaman dan aku tidak memperdulikan lagi siapa diantara kamu yang aku baiat, jika
ia seorang muslim hendaklah dikembalikan kepada Islam yang sebenarnya dan juga
ia seorang nasrani maka dia akan dikembalikan kepadaku oleh orang-orang yang
mengusahakannya. Adapun pada hari ini aku tidak membaiat kecuali Fulan bin
Fulan. (HR. Imam Bukhari)[1]
B.
Pengertian
Kepemimpinan
Secara
etimologi kepemimpinan berarti Khilafah, Imamah, Imaroh, yang mempunyai makna
daya memimpin atau kualitas seorang pemimpin atau tindakan dalam memimpin.
Sedangkan secara terminologinya adalah suatu kemampuan untuk
mengajak orang lain agar mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, kepemimpinan adalah upaya untuk mentransformasi-kan semua
potensi yang terpendam menjadi kenyataan.
C.
Tanggung
Jawab Pemimpin
Tugas dan
tanggungjawab seorang pemimpin adalah menggerakkan dan mengarahkan, menuntun,
memberi motivasi serta mendorong orang yang dipimpin untuk berbuat sesuatu guna
mencapai tujuan. Sedangkan tugas dan tanggungjawab yang dipimpin adalah
mengambil peran aktif dalam mensukseskan pekerjaan yang dibebankannya. tanpa
adanya kesatuan komando yang didasarkan atas satu perencanaan dan
kebijakan yang jelas, maka rasanya sulit diharapkan tujuan yang telah
ditetapkan akan tercapai dengan baik. Bahkan sebaliknya, yang terjadi adalah
kekacauan dalam pekerjaan. Inilah arti penting komitmen dan kesadaran bersama
untuk mentaati pemimpin dan peraturan yang telah ditetapkan.
Islam
menetapkan tujuan dan tugas utama pemimpin adalah untuk melaksanakan ketaatan
kepada Allah dan Rasul-Nya serta melaksanakan perintah-perintah-Nya. Ibnu
Taimyah mengungkapkan bahwa kewajiban seorang pemimpin yang telah ditunjuk
dipandang dari segi agama dan dari segi ibadah adalah untuk mendekatkan diri
kepada Allah. Pendekatan diri kepada Allah adalah dengan menaati
peraturan-peraturan-Nya dan Rasul-Nya. Namun hal itu lebih sering disalah
gunakan oleh orang-orang yang ingin mencapai kedudukan dan harta.
Dalil tentang Kepemimpinan
عَنْ ابْنِ
عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ فِي أَهْلِهِ
وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا
وَمَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ رَاعٍ فِي مَالِ سَيِّدِهِ
وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِه
Artinya :
Dari Ibn Umar
r.a. Sesungguhnya Rasulullah Saw. Berkata :”Kalian adalah pemimpin, yang akan
dimintai pertanggungjawaban. Penguasa adalah pemimpin, dan akan dimintai
pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan
akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Istri adalah pemimpin
dirumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.
Pelayan adalah pemimpin dalam mengelolaharta tuannya, dan akan dimintai
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya. Oleh karena itu kalian sebagai
pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas kepemimpinannya. (Bukhari dan
Muslim)
Hal yang paling
mendasar yang dapat diambil dari hadis diatas adalah bahwa dalam level apapun,
manusia adalah pemimpin termasuk bagi dirinya sendiri. Setiap perbuatan dan
tindakan memiliki resiko yang harus dipertanggungjawabkan.
Setiap orang
adalah pemimpin meskipun pada saat yang sama setiap orang membutuhkan pemimpin
ketika ia harus berhadapan untuk menciptakan solusi hidup di mana kemampuan,
keahlian, dan kekuatannya dibatasi oleh sekat yang ia ciptakan sendiri dalam
posisinya sebagai bagian dari komunitas.
عَنْ أَبِي
هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمْ اللَّهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ الْإِمَامُ
الْعَادِلُ وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ
فِي الْمَسَاجِدِ وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ
وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ
فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لَا تَعْلَمَ
شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ
عَيْنَاهُ
Artinya :
Dari Abu Hurairah ra., dari Nabi Saw., beliau
bersabda : “Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang
tiada naungan kecuali naungan-Nya, yaitu : Pemimpin yang adil, Pemuda yang
senantiasa beribadah kepada Allah Ta’ala, Seseorang yang hatinya senantiasa
digantungkan (dipertautkan)” dengan masjid, Dua orang saling mencintai karena
Allah, yang keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya. Seorang laki-laki yang
ketika diajak [dirayu] oleh seorang wanita bangsawan yang cantik lalu ia
menjawab :”Sesungguhnya saya takut kepada Allah.”Seorang yang mengeluarkan
sedekah sedang ia merahasiakanny, sampai-sampai tangan kirinya tidak mengetahui
apa yang diberikan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di
tempat yang sepi sampai meneteskan air mata.”
Setiap orang
berhak mengeluarkan pendapatnya dan seorang pemimpin berkewajiban mendengarkan.
Ia wajib menjalankan hasil musyawarah. Setiap keputusan yang telah disepakati
bersama wajib dilaksanakan karena itu merupakan amanat yang dibebankan
kepadanya. Dalam hadits diatas diungkapkan keutamaan seorang pemimpin yang adil
sehingga mendapatkan posisi pertama orang yang mendapatkan naungan dari Allah
pada hari kiamat. Hal ini menunjukkan begitu beratnya menjadi seorang pemimpin
untuk selalu adil dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan.
Secara
kontekstual hadits diatas dapat diartikan dalam berbagai dimensi. Dalam sebuah
komunitas, masyarakat dan agama setiap manusia memiliki sistem yang mengatur
mereka maka wajar sebagai bagian dari sistem tersebut untuk mematuhi
aturan-aturan yang berlaku. Namun ketaatan tersebut tidak serta merta menjadi
sikap yang selalu taklid terhadap pemimpin. Dalam Islam
diajarkan tidak diperbolehkan taat atau memetuhi pemimpin kecuali dalam batas-batas
yang telah dijelaskan Allah dalam al-Qur’an dan Hadits bahwa tidak wajib
memetuhi seorang pemimpin melainkan karena Allah.
حَدَّثَنَا
عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ
فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ
أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى
يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ
الَّذِي هُوَ خَيْرٌ
Artinya :
Dari Abdurrahman ibn Smurah ra. Ia berkata :
Rasulullah bersabda :”Wahai Abdurrahman Ibn sammurah, janganlah kamu meminta
jabatan. Apabila kamu diberi dan tidak memintanya, kamu akan mendapat
pertolongan Allah dalam melaksanakannya. Dan jika kau diberi jabatan karena
memintanya, jabatan itu diserahkan sepenuhnya. Apabila kamu bersumpah terhadap
satu perbuatan, kemudian kamu melihat ada perbuatan yang lebih baik, maka
kerjakanlah perbuatan yang lebih baik itu.“
Kepemimpinan
adalah tanggung jawab yang dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut
suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan sejati
dimulai dari dalam dan kemudian bergerak ke luar untuk bertanggungjawab kepada
yang dipimpin. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin
untuk menjadi pemimpin sejati dan diterima oleh masyarakat atau komunitas yang
dipimpinnya. Kembali betapa banyak kita saksikan para pemimpin yang mengaku
wakil rakyat ataupun pejabat publik, justru tidak memiliki integritas sama
sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanjikan ketika kampanye dalam Pemilu
tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya.
D.
Fungsi
Pemimpin Menurut Islam
Pemimpin menjadi penentu kemana arah dan gerak sebuah organisasi.
Kepemimpinan dalam Islam dipandang sebagai amanah. Seorang pemimpin bangsa
hakekatnya ia mengemban amanah Allah sekaligus amanah masyarakat. Amanah itu mengandung
konsekwensi mengelola dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan harapan dan dan
kebutuhan pemiliknya. Karenanya kepemimpinan bukanlah hak milik yang boleh dinikmati
dengan cara sesuka hati orang yang memegangnya. Oleh karena itu, Islam
memandang tugas kepemimpinan dalam dua tugas utama, yaitu menegakkan agama dan
mengurus urusan dunia. Sebagaimana tercermin dalam do’a yang selalu
dimunajatkan oleh setiap muslim: (Yaa Tuhan kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kepemimpinan merupakan suatu amanah maka untuk
meraihnya harus dengan cara yang benar, jujur dan baik. Dan tugas yang
diamanatkan itu juga harus dilaksanakan dengan baik dan bijaksana. Kepemimpinan
sesungguhnya adalah suatu amanah (titipan) yang setiap saat harus dipertanggung
jawabkan dan diambil wewenangnya. Amanah itu diperoleh dari Allah SWT lewat
pemilihan yang dilakukan oleh manusia, kecuali para Nabi dan Rasul yang
langsung dipilih oleh Allah.
Oleh karena itu, dalam melaksanakan amanah,
manusia diharapkan senantiasa berbuat baik dan bertanggung jawab. Jika manusia
bisa menyadari bahwa kepemimpinan adalah amanah, maka mereka tidak akan berebut
kekuasaan dengan temannya sendiri, atau memaksakan diri untuk menjadi pemimpin
demi keuntungan materi semata.
DAFTAR PUSTAKA
Thariq M As-Suwaidan dan Faishal Umar Basyarahil. 2005.
Melahirkan
Pemimpin Masa
Depan.
Jakarta: Gema Insani,
Hadari
Nawawi. 1993. Kepemimpinan Menurut Islam. Yogyakarta: Gajahmada University
Pers
Syihabuddin Abil Abbas Ahmad bin Muhammad Asy Syafi’i al
Qustholani. 1996. Irsyadus Syari Juz 13, Beirut: Darul Kutub al
Ilmiyah
Zainuddin,
Muhadi dan Dr. Abd. Mustaqin. 2005. StudiKepemimpinan Islam
(Konsep, Teori, dan Praktiknya dalam Sejarah). Yogyakarta:
UII Press.
0 comments:
Post a Comment